Artikel ini merupakan artikel
yang berisi tentang strategi kecil untuk kita belajar. Berangkat dari pemikiran
mengapa kita seringkali tidak memiliki
keinginan yang kuat untuk menapak kemajuan bahkan codong untuk mundur secara
teratur, saya akan mencoba membangun kembali hasrat yang kuat untuk kita
kembali belajar dan terus belajar untuk kemajuan bangsa sampai akhir hayat
kita.
Pendahuluan
Belajar merupakan kata yang
mungkin sudah sering kita dengar bahkan kita hampir bosan saat mendengarnya. Fakta yang menarik tentang belajar : Kita sering
melakukan aktifitas belajar namun secara tidak sadar, entah orang tua,
mahasiswa, anak SMA, SMP, SD bahkan anak kecil dan balita sekalipun sudah
melakukan kegiatan belajar. Bayi yang baru lahir sudah belajar bagaimana berespon
pada saat lapar, haus, bahkan pada saat popok sudah penuh. Anak kecil banyak sekali
belajar bagaimana cara berprilaku dan berpikir dari lingkungan sekitarnya. Siswa
SMA sering kali tanpa disadari sudah belajar bagaimana cara merokok dari lingkungannya,
walaupun dalam hal ini kegiatan tersebut bersifat negatif namun pada prinsipnya
siswa SMA tersebut sudah belajar yaitu belajar merokok. Disisi lain mulai dari
mahasiswa, siswa SMA, bahkan anak kecilpun pada saat disuruh belajar secara
langsung pasti akan memikirkan konotasi yang negatif dari aktifitas belajar. Konotasi negatif dari kata belajar merupakan
kesalahan dalam memahami makna belajar.
Belajar pada prinsipnya adalah
berusaha untuk memperoleh pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Yang menjadi subyek adalah orang yang belajar, sedangkan yang menjadi
obyek adalah sesuatu yang dipelajari. Belajar bisa bermakna positif jika
pengetahuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat
membangun. Belajar bisa bermakna negatif jika pengetahuan dimanfaatkan untuk
hal-hal yang bersifat merusak.
Motivasi yang benar untuk belajar
1. Memiliki tujuan yang pasti
dalam belajar
Salah satu kunci penting agar
tidak salah didalam pola belajar adalah dengan memiliki tujuan yang pasti dari
belajar. Jika seseorang tidak mengetahui tujuan mengapa saya harus belajar maka
dia akan terjebak didalam pola belajar yang monoton dan membosankan. Pola
belajar yang monoton dan membosankan akan memperpanjang waktu untuk belajar
obyek tertentu. Jika dalam keadaan normal, belajar obyek A memerlukan waktu 1
jam maka orang yang terjebak dalam pola belajar yg monoton akan memerlukan
waktu lebih dari 1 jam bahkan waktu yang berlipat-lipat.
Orang yang mengetahui tujuan yang
pasti dalam belajar akan memiliki pola
belajar yang dinamik dan tidak mudah bosan bahkan condong untuk belajar terus
menerus walaupun tanpa disuruh. Keinginan untuk belajar yang timbul ini karena
memiliki tujuan yang pasti dalam belajar merupakan bahan bakar utama untuk
belajar.
Agar tidak terjebak didalam
kebosanan, kita perlu memikirkan bahwa tujuan yang pasti dalam belajar akan
terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Waktu akan terus bertambah,
jaman akan terus berjalan maju kedepan, maka yang perlu untuk kita tambahkan
dalam tujuan yang pasti untuk belajar adalah dinamika tujuan dalam belajar untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul secara terus menerus sebanding
dengan bertambahnya waktu.
2. Memiliki sukacita dalam
belajar
Sukacita dalam belajar merupakan
hal yang sangat penting didalam belajar karena sukacita yang timbul karena belajar
akan membuat kita semakin bersukacita pada saat kita melakukan aktifitas
belajar. Sukacita dalam belajar ini perlu dibangkitkan dengan kita menyadari
bahwa:
- Akftifitas belajar yang sedang
kita lakukan ini ternyata berguna dan sangat membantu untuk menyelesaikan banyak
permasalahan.
- Pengetahuan merupakan bagian
dari kebenaran, dengan kita mengetahui dan mempelajari kebenaran maka respon
yang wajar adalah dengan kita bersukacita.
Dengan dua argument tersebut,
sudah sewajarnya jika kita ingin semakin bersukacita maka kita harus semakin
rajin belajar. Para ilmuwan dunia menonjol didalam pengetahuan karena ledakan
dasyat didalam hati mereka oleh sukacita yang mereka peroleh setelah meneliti
dan belajar (Archimedes, Newton, Leibniz, Gauss, Pascal, Wright bersaudara,
dll). Ledakan inilah yang melecut mereka untuk belajar, belajar dan terus belajar
tanpa kenal waktu, siang dan malam, sampai mereka meninggal. Hal ini pula yang
seharusnya meledak dalam hati kita sehingga membuat kita melesat untuk
berhasrat belajar, berkarya dan belajar, berkarya sampai akhir hayat.
3. Memiliki kesadaran tentang keberadaan
Sang Pencipta Alam Semesta
Titik ini adalah titik terpenting
didalam kita membentuk pola pikir dan mengumpulkan pengetahuan. Pada saat kita
melihat alam ini begitu teratur , apa yang kita pikirkan ? apakah kita pernah
berpikir bahwa ini semua ada menciptakan ? ini adalah pertanyaan yang sangat
menantang kaum cendikiawan dari jaman ke jaman sampai akhirnya tiba di jaman
kita sekarang. Para ilmuwan-ilmuwan yang memiliki signifikansi yang besar untuk
kemajuan peradaban meyakini bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. Mereka
memiliki kesadaran bahwa ada Sang Pencipta alam semesta, kesadaran ini membawa
kehidupan rohani mereka menjadi religius bahkan sangat religius. Yang menarik,
disaat yang sama penelitian dan signifikansinya semakin meningkat.
Kesadaran bahwa Sang Pencipta
alam semesta ada merupakan titik kontak terpenting didalam kita menimba
pengetahuan karena Dialah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya,
pasti Dia juga yang mengetahui segala sesuatu tentang ciptaanNya termasuk
obyek-obyek yang sedang kita pelajari. Kesadaran tentang Tuhan Sang Pencipta Alam
Semesta adalah key master didalam
kita belajar apapun. Dari hal ini kita belajar
untuk memegang key master didalam mempelajari hal apapun dan meyakini bahwa
hanya Tuhan yang mengetahui segala hukum-hukum yang diciptakanNya baik hukum-hukum
tentang alam semesta, relasi sosial, maupun huku-hukum yang lain yang telah
Dia ciptakan.
Amsal 1:7 Takut
akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan
didikan.